• Memeriksa...
  • Cinta Pada Pandangan Pertama, Is It Real?

        Cinta Pada Pandangan Pertama, Is It Real?

        Yuk, cek faktanya dalam artikel berikut ini.

        Mari kita bayangkan sama-sama. Kamu sedang berada di sebuah ruangan yang berisik sekali. Let say pub atau klub. Di saat semua orang sedang fokus bernyanyi dan menari, tiba-tiba dari kejauhan kamu melihat seseorang yang entah kenapa sangat bersinar di tengah kegelapan.

        Saat kamu melihatnya, ternyata ia juga sedang melihat ke arahmu. Kemudian suasana yang semula riuh berubah teduh. Kamu bahkan bisa mendengar suara detak jantungmu sendiri.

        Seketika kamu berkata dalam hati: I think I fallin love.

        Cinta pada pandangan pertama memang terkadang sulit untuk diterjemahkan melalui bahasa cinta. Karena, sisi psikologis memiliki peran yang sangat besar dalam fenomena ini.

        Melansir dari situs health.clevelandclinic.org, seorang psikolog bernama Susan Albers, PsyD, menjelaskan tentang apa sih yang sebetulnya terjadi dengan tubuh kita saat mengalami cinta pada pandangan pertama?

        Cinta pandangan pertama sebetulnya adalah momen ketika seseorang merasa tertarik pada seseorang secara instan. Di dalam sebuah film, lagu atau acara televisi, biasanya cinta pada pandangan pertama digambarkan tanpa alasan khusus. Hanya secara fisik.

        Kemudian, kalau orang itu mengajak kalian ngobrol, maka perasaan kalian cenderung akan meningkat secara pesat. Kalau digambarkan, rasanya seperti ada kembang api yang meledak di hatimu.

        Lebih lanjut dokter Albers mengatakan bahwa meskipun terasa nyata, tapi cinta pada pandangan pertama seringkali tidak akan menjadi hubungan jangka panjang. Cinta pandangan pertama akan jadi belahan jiwa? Impossible kalau kata dokter Albers.

        Dokter Albers menunjukkan Teori Cinta Segitiga oleh Robert Sternberg, sebagai metode yang baik untuk mengukur jenis cinta yang dialami saat merasakan cinta pada pandangan pertama.

        Teori Sternberg mengatakan bahwa ada tiga komponen utama yang umumnya menjadi dasar sebuah hubungan. Yakni keintiman, gairah dan komitmen.

        "Cinta pada pandangan pertama adalah bagian dari gairah. Tetapi untuk memiliki cinta yang nyata dan romantis, setiap orang tidak hanya punya gairah. Tapi harus juga punya dua komponen lainnya yakni keintiman dan komitmen," kata dokter Albers.

        Teori tersebut juga menjelaskan bahwa cara membedakan cinta pada pandangan pertama dengan jenis cinta lainnya, sebetulnya butuh refleksi dan waktu berpikir. Sehingga, cinta pada pandangan pertama lebih pas disebut sebagai kegilaan emosional yang muncul karena pengaruh fisik seseorang.

        "Ketika orang bercerita tentang bagaimana mereka bertemu dan mengatakan bahwa hubungan mereka dimulai dari cinta pada pandangan pertama, kadang-kadang dipengaruhi oleh bias memori selektif.

        Mereka biasanya menulis ulang cerita agar sesuai dengan deskripsi cinta pada pandangan pertama atau agar sesuai dengan ramalan yang mereka percaya bahwa saat itu mereka benar sedang jatuh cinta," tutup dokter Albers.

        (Foto: imdb.com)

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...