• Memeriksa...
  • 5 Teori Parenting yang Tidak Sesuai Kenyataan

        5 Teori Parenting yang Tidak Sesuai Kenyataan

        Bagi kamu yang sudah memiliki anak, pasti merasakan menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Seluruh orang tua berlomba-lomba menjadi orang tua yang baik, sayangnya praktiknya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Adakalanya kamu sudah berjanji dalam hati akan menjadi orang tua yang ideal. Tetapi, teori kerap berbanding terbalik dengan kenyataan. Berikut kami coba rangkum beberapa contoh

        parenting style yang sebenarnya sebaiknya dihindari, akan tetapi masih sering melakukan.

        1. Teori: pantang membentak anak Melihat wajah polos si kecil, kamu sebagai orang tua selalu berjanji tidak akan membentaknya. Sering melakukan ini? Riset membuktikan bahwa bentakan berdampak signifikan terhadap otak kiri anak. Terlebih, otak anak ibarat spons yang masih mudah menyerap apapun yang terjadi di sekitarnya. Efek ini bersifat destruktif terhadap sel-sel otak, terutama bagi anak yang menjadi sasaran bentakan tersebut. Kenyataannya, kamu akan sulit mengaplikasikan hal ini. Yang sudah-sudah, kamu akan memarahi anak habis-habisan karena rasanya sulit diberitahu. Endingnya, orang tua merasakan penyesalan. Namun, penyesalan nampaknya tidak akan bertahan lama Ketika si kecil melakukan kenakalan berulang.

        2. Teori: batas waktu screen time adalah 1 jam Merujuk rekomendasi WHO, screen time yang disarankan untuk anak balita sebaiknya tidak lebih dari satu jam, malah semakin sedikit lebih baik. Daripada sibuk dengan layar, alangkah baiknya anak melakukan aktivitas lain yang melibatkan gerak tubuh. Apa daya, teori ini tidak semudah kelihatannya. Seiring berkembangnya teknologi, anak akan melakukan bujuk rayu agar bisa mendapatkan gadget yang diinginkan. Alih-alih tegas, kamu akan tidak tega dan menyerahkan gadget agar anak tidak rewel. Padahal, gadget dampaknya buruk jika tidak disikapi dengan baik. Si kecil dapat menurun kemampuan kognitifnya, menghambat perkembangan berbicara, bahkan kesulitan berkonsentrasi.

        3. Teori: durasi tidur anak 3-6 tahun: 12 jam Teori parenting yang tidak sesuai praktik lainnya adalah terkait durasi tidur anak, terutama anak di usia 3-6 tahun. Durasi tidur ideal untuk anak usia prasekolah adalah 11-12 jam. Penurunan tidur siang mulai terjadi hingga biasanya berhenti di usia 5 tahun. Faktanya? Anak seusia ini justru sedang asyik mengeksplorasi! Mereka senang bermain, baik soliter (sendirian) maupun bersama teman sebaya. Kalau sudah begini, kamu akan mengalah dan membiarkan anak asyik dengan dunianya. Boleh saja sebenarnya anak asyik bermain, tetapi tetap perhatikan. Tidur cukup sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya.

        4. Teori: say no to makanan olahan Sayuran segar, ikan, ayam, buah menjadi makanan yang ada dalam otak kamu agar anak tumbuh sehat. Namun, makanan kemasan nampaknya lebih menarik. Jangankan anak kecil, orang dewasa juga menggemari makanan kemasan. Efektivitas waktu dan cita rasa lezat menjadi alasan mengapa makanan olahan tetap dikonsumsi. Sebut saja chicken nugget, sosis, sampai mie instan aneka rasa. Teori yang sudah diketatkan mungkin saja jebol karena satu dan lain hal, misalnya orang tua sibuk bekerja. Mengawasi makan anak rasanya sulit dilakukan. Kendati jadi hal yang tricky, cobalah untuk mencari alternatif lain. Luangkan waktu untuk menghidangkan menu yang sehat. Kombinasikan dengan menu kesukaan si kecil tanpa mengesampingkan kesehatannya.

        5. Teori: semua anak mendapatkan kasih sayang yang sama Adakah kamu yang memiliki lebih dari 1 anak? Secara tidak langsung, orang tua memiliki anak favorit lho! Cirinya kentara, orang tua lebih bersemangat dan lebih membanggakan anak satu ini. Merujuk laman Healthline, Michele Levin selaku terapis keluarga sekaligus pemilik Blueprint Mental Health di Amerika Serikat menyebut sangat normal jika ada orang tua yang merasa lebih nyaman atau lebih nyambung berinteraksi dengan salah satu anak dibanding anak lainnya. Alasannya beragam; anak ini lebih nyaman diajak berbicara, lebih bisa menuruti orang tua, atau bisa jadi berkontribusi lebih banyak dalam hal keuangan rumah tangga. Kasarnya, salah satu anak mudah dipintai tolong perihal finansial dibandingkan anak lainnya. Nyatanya, kondisi ini tidak baik dan dapat mendorong persaingan tak sehat antar saudara kandung. Tidak menutup kemungkinan, konflik akan berlanjut di kemudian hari. Penting bagi orang tua memahami bahwa setiap anak memiliki karakteristik masing-masing. Kamu tentu akan sedih bila dibandingkan dengan orangtua lain di luar sana, bukan? Demikian teori parenting yang sebenarnya memang tidak dilakukan, tetapi ternyata masih kerap dilakukan.

        • Suka
        • Bagikan
          • Lapor
        • Memuat artikel lainnya...